Menunggu
pagi, di sudut ruang makan salah satu hotel di Kota Berair Luwuk. Dini hari, mata tak juga terlelap.
Setelah melalui perjalan panjang lintas kabupaten, seharusnya saya terbaring,
merebahkan tubuh ini di atas kasur yang empuk bersama yang lainnya. Pukul 04.00
sendiri, bersama tugas yang sebentar lagi selesai.
Desiran
ombak terdengar menghantam pesisir pantai yang sedang menunggu pagi, angin laut menerobos masuk ke jendela, masuk ke sum-sum tulang
tanpa pamit. Aku masih terjaga, tak
terasa kantuk ataupun dingin. “kenapa
belum istirahat? Seseorang menyapa dari
sebuah mesenger ‘mungkin
karena pengaruh kopi’ lanjutnya. entahlah...
Banyak
pikiran, banya tugas, entahlah..
Ku
bangunkan respsionis dengan memencet tombol yang terdapat di meja resepsionis.
‘mas,
kamar mandinya dimana yah..??
Tiba-tiba
mules, mungkin karena masuk angin selama perjalanan yang menghabiskan waktu
sampai 8 jam untuk sampai ke kota ini tanpa menggunakan jaket. Padahal sudah di ingatkan, tapi memang dasar
pelupa.
Berbicara
tentang Kota Air. Aku tak punya kenangan special tentang kota ini, kecuali saat
kami mengikuti pelatihan beberapa tahun lalu, dan hanya biasa saja menurutku.
Tapi bagaimana dengan dia? Yang
seakan kaget mendengar keberangkatan ke
kota ini.
Beberapa
jam, duduk, berdiskusi dengan tembok, dan laptop. Sampai pagi. Apa yang aku
lakukan di sudut kafe hotel?? Tugas tak kunjung selesai...
Suara
azan tiba...
Yah...
hanya do’a yang bisa menenangkan hati.
Maaf
Jack memaksa hadir dalam ruang hatimu,
yang aku tahu, bahwa tak ada ruang
sedikitpun untukku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar