Rabu, 08 September 2021

Bersekolah di Masa Pandemi

 Setalah hampir dua tahun sekolah diliburkan akibat covid, akhirnya pada  senin 30 Agustus 2021 sekolah kembali dibuka untuk wilayah Tojo Una-una. 

Sebagai seorang guru yang tetap melakukan proses  belajar mengajar dimasa pandemi entah itu diluar jaringan  maupun didalam jaringan. Tentunya merasakan keresahan yang orang-orang lain tidak rasakan. Resah  memikirkan bagaimana bila anak-anak mendapatkan kesulitan dalam proses daring, bagaimana bila anak-anak tidak dapat menerima materi dengan baik. Terlebih lagi pada sekolah yang jauh dari jangkauan jaringan internet maupun jaringan telepon. 


Hari-hari terus berlalu, para pemikir, pemerhati pendidikan terus mengeluarkan  kebijakan-kebijakan yang tentunya harus dilaksanakan oleh guru-guru yang bertugas sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan. 

Di Sekolah tempat aku mengajar guru-guru kemudian memustuskan  melakukan proses pembelajaran dilakukan secara daring dan luring. Sebab tidak semua siswa memiliki android dan bahkan ada yang tinggal di daerah yang tidak memiliki signal. 

Mau tidak mau, demi keberlangsungan dan lancarnya prosea pendidikan guru-guru daerah terpencil mesti memutar otak, memikirkan cara yang terbaik agar siswa dan siswinya tidak sampai ketinggalan materi. Jalan terjalpun dilalui, membawa siswa dan siswi materi. Bahkan yang sampai mengecewakan adalah siswa-siswi kemudian memilik menikah. 


Guru honorer seperti aku pasti merasakan ketidakseimbangan bagaimana proses luring yang kita jalani dengan nominal yang kita dapatkan. Namun sebagai seorang pendidik nilai ilmu tidak dapat dibeli dengan nilai materi. 


So.. Ujung-ujungnya curhat nih.. 


Oh.. Iya. Aku ingin sedikit bercerita bagaimana pengalaman sekolah hari pertama dimasa pandemi. Jelas sebelum dibuka,  sekolah-sekolah sudah melakukan persiapan sesuai dengan protokol kesehatan. Sehari sebelum sekolah dibuka, kelas-kelas disemprotkan disenfektan,  Mencuci tangan, mengukur suhu badan, memakai masker dan mengatur jarak tempat duduk siswa, sesuai surat edaran dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga. 

Namun sebagau sekolah swasta yang memilki anggran Bospus yang tidak seberapa tentunya sebelum memulai prosedur diatas, tentunya harus menelaah kembali berapa anggaran yang harus disediakan. Belum lagi honor guru-guru yang masih berstatus honorer juga berasal dari Bantuan Pusat. 

Dari tulisan ini terdapat dua sisi positif dan negatif. Sisi positifnya adalah guru-guru  tidak lagi mencari siswa yang jauh dari jangkauan internet, dan memberikan pelajaran secara intens bertatap muka. Sisi negatif adalah dengan selalu menerapkan prokes mau tidak mau anggaran yangbdiambil untuk penyediaan perlengkapan protokol adalah dari anggaran BOSPUS, sehingga akan berdampak pada honor guru-guru yang masih berstatus honorer. dan bila  tanpa pengawasan guru-guru atau tim covid di sekolah gerakan kumpul-kumpul akan terjadi dikalangan siswa, apalagi pada siswa - siswi yang baru bertemu.

Harapan saya dari proses pembelajaran tatap muka terbatas ini, proses pendidikan terus berjalan dengan baik. guru-guru dapat mencapai target pembelajaran dengan waktu yang tepat,  anak-anak tidak ketinggalan materi, serta pemerintah dapat menganggarkan anggaran khusu untuk tim covid di sekolah-sekolah sehingga segala atribut prokes tidak diambil dari dana bospus, yang tisak seberapa. 


Selasa, 07 September 2021

Surat untuk Anakku Ahmad

 Halo sayang... 

Tidak terasa kamu sudah tumbuh begitu cepat. Tidak lama lagi akan masuk SMP. Badan kamu juga sudah sangat besar 40 kg. Sungguh pencapaian berat badan yang sangat luar biasa.  


Masa covid ini, sepertinya tidak berdampak pada dirimu, dimana orang-orang diluar sana merasa sakit, bahkan kakek, nenek, Kaka Eca pun sakit, hanya tingga kalo sendiri di rumah yang tidak sakit. Bunda hanya bisa bilang alhamdulillah.. 

Hari ini sekolah mulai dibuka kembali    selama covid-19. maaf bunda tidak menemanimu, menyiapkan peralatan sekolahmu, sarapanmu, mengantarmu ke sekolah. Tapi bunda percaya kamu sudah bisa mengaturnya dan dibantu sama kaka Eca. 

Sekarang masa-masa sulit. Maaf kalo bunda sering  marah. Tapi semua itu bunda lakukan agar kamu bisa jadi anak yang kuat, mandiri, tidak bergantung pada orang lain. 

Ahmad, bunda harap kamu bisa mengerti dengan keadaan ini, tidak lama lagi kamu akan lulus SD. Bunda yakin kamu anak yang kuat, sholeh, dan mandiri. Bunda senang sekali ketika kamu bilang mau masuk pesantren. Alhamdulillah nak. Semua orang mendukung. Kakek, nenek, mama Aneng, Ayah Lifi, Papa U, Indo semuanya.. 

Maafkan bunda belum bisa jadi bunda yang baik, yang selalu ada buat Ahmad. Tapi do'a bunda selalu menyertai. 


Sebagai orang tua hanya bisa mendoakan. Mendoakan anaknya agar tidak nakal, dijaukan dari hal-hal buruk, dilindungi dari segala marabahaya. 

Bunda titip Ahmad ya Allah.. 



Love You.. 

Miss you... 

I hope meet you soon. 

Belajar Membuat Kerupuk Kelor



Dua hari yang lalu seperti mendapat ilham, tiba-tiba saya ingin menggali kemampuan saya dalam pengelolaan kerupuk yang sehat dan berbahan dasar alami. 

Kali ini adalah kerupuk kelor. Awalnya saya juga pernah membuat keripik pisang. Namun sampai beberapa tahun silam usaha  rumahan saya vakum, karena saya berpikir saya bukan orang bisnis. 

Setelah menikah saya kemudian kembali mengasah kemampuan saya membuat keripik pisang. Dan hasilnya belum mancapai maksimal. Artinya belum se gurih dengan keripik-keripik pisang lainnya yang dijual di warung-warung. Saya ciut. Mungkin karena saya sudah lama tidak lagi membuat keripik. Dalam hati saya membatin ketika suami saya memakn keripik dengan sedikit keluha. tapi habis. 


Pembuatan keripik dan kerupuk sungguh jauh berbeda. Kerupuk melalui proses yang panjang dan menggunakan tepung kanji, sebagai bahan utama setelah daun kelor. Tepung kanji berfungsi untuk menjadikan kerupuk mengembang dan gurih saat di goreng dan sebagai perekat antara daun kelor dan bahan-bahan lainnya.


Berbeda dengan keripik pisang setelah dikupas diiris tipis lalu digoreng. Kerupuk kelor  mesti melalu proses pengukusan dan penjemuran, selama dua hari bila cuaca panas matahari yang bagus. 


Namun sebelum dikukus, cara pembuatan adonan  keripik kelor dapat dibuat dengan menyediakan bahan-bahan terlebih dahulu. 


Alat dan bahan sebagai berikut : 

a. Bahan 

1kg tepung tapioka/kanji

100 gram  tepung terigu

1 butir telur

100 gram daun kelor (yang sudah dipisahkan dari urat-uratnya)

500-700 ml air 

50 gram garam

50-100 gram gula pasir. 



b. Cara Pembuatan 

1. Campurkan tepung tapioka, terigu, dan telur, yang telah dikocok.

2. Blender daun kelor dengan menggunakan air sebanyak 500-700 ml

3. masak sampai mendidih lalu masukkan gula, garam. Aduk hingga rata. 

4. Tuangkan kedalam campuran tapioka, 

5. Uleni sampai tercampur rata

6. Cetak dengan menggunakan gelas besi. 

7. kukus dengan dandang lalu jemur hingga kering. 


Bahan dan cara membuat diatas saya dapat dari buku pemberian ibu Mada yang telah mengikuti pelatihan Pengelolaan Program Agroindustri Pangan  di Luwu beberapa tahun silam. 

Ini yang membuat saya tertantang untuk mebuat beberapa macam olahan pangan yang tertulis dalam buku tersebut. 


Namun ada beberapa kendala saat saya melakukan experiman pembuatan kerupuk kelor perdana ini. Pada mulanya saya sudah  mengikuti bahan dan cara pembuatan diatas. Namun terjadi sedikit insiden  ketika semua adonan saya masukan, adonan kemudian menjadi berair. Lalu saya berpikir adonan tersebut salah takar. saya pun menambahkan kembali  dua kilo gram tepung tapioka, pun beberapa bahan lainnya 2 kali lipat. Alhasil adonanpun menjadi kering dan tidak berair. 


Kejadian ini membuat saya sedikit sock, dan merasa tidak berhasil melakukan eksperiman tersebut. Saya tidak patah semangat, dan selalu berpikir positif agar selalu optimis saya pun menambahkan dua  liter air. 

Dan apa yang terjadi dengan adonan saya. Adonanpun kembali mencair. Saya kemudian berpikir tentang sifat kanji yang mencair dan lengket. Saya biarkan adonan tersbur mencair dan saya letakan dalam cetakan. Cetakan tersebut berbentuk  pipih, saya menggunakan beberapa  wadah yang saya jadikan percobaan. 

Membuat tiga kilo gram  adonan saya memerlukan waktu  tiga jam dalam proses mengulen. Kemudian proses pengukusan berlangsung sekitar 10 jam,  sampai saya menangis karena lelah.. 

Hari yang sangat melelahkan, bersama suami saya yang iba membantu. 

Sebuah usaha tidak akan menghianati hasil. 


Dan taraaaamm..... 

Seperti gambar diatas. 

kerupuk kelor ala saya yang renyah dan yang belum terlalu renyah sebab tercampur degan kerupuk yang belum terlalu kering.. 

Terima kasih. Karena sudah mau membava blog ala-ala saya yang sederhana ini. 

Semoga kedepan bisa membuat kerupuk yang lebih enak lagi tanpa drama.. 🤣



Bersekolah di Masa Pandemi

 Setalah hampir dua tahun sekolah diliburkan akibat covid, akhirnya pada  senin 30 Agustus 2021 sekolah kembali dibuka untuk wilayah Tojo Un...