Senin, 27 Maret 2017

Tentang Saya


Saya lahir di  desa Pusungi. Sebuah desa yang terletak di kawasan  Tanjung Api, teluk Tomini.  Tanjung Api adalah  kawasan yang memiliki gas api yang sangat tinggi di Sulawesi Tengah. Kawasan ini terletak di kabupaten Tojo Una-una. Dulu lokasi ini adalah hutan Cagar Alam Tanjung Api, dgn luas 4. 246 ha. Berdasarkan SK Menteri Pertanian No 91 tahun 1977 tanggal 21 Februari[1]. Ditetapkan sebagai CA Tanjung Api Sulawesi Tengah, sebagai perlindungan pada api alam dan gua air. Yang pada tahun 2006 kawasan Cagar Alam Tanjung Api ditetapkan  menjadi Bandara Tanjung Api.

Saya teringat ketika masih duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Waktu itu saya mengambil Jurusan Pariwisata yang menjadi salah satu pilihan kunjungan wisata kami adalah di objek wisata Tanjung Api. Kami memustuskan untuk mengambil rute jalan kaki melintasi hutan Tanjung Api. Karena kata guru saya agar  kita dapat belajar sambil berjalan. Karena di hutan tanjung api terdapat berbagai flora fauna yang langkah dan unik saat . Yakni :

Flora      :    Ketam Kenari, Monyet Hitam, Burung Maleo dan Ular. (punah)
Fauna     :    Pangi, Kayu bayam, Siuri, Palapi dll. (terancam punah).

Juga di dalam kawasan hutan Tanjung Api terdapat  Gua air. Kenapa  dinamai sebagai Gua Air sebab di dalam Gua tersebut terdapat air yang menyerupai kolam. Menjadi tempat permandian saat mencari kayu saat menjelang Pramuka. Gua ini juga  di huni oleh  Kelelawar. 

Hamparan pasir putih, nampak ketika kita tiba di Tanjung Api. Dikatakan Tanjung Api  karena terdapat api yang tidak terlihat hanya terdengar suara gas di sepanjang pantai Tanjung Api. Kita akan melihat api ketika kita melemparan kayu kering di sumber suara gas.  Di ujung pantai di antara rimbun hutan  mata air  'tawar'  orang-orang menyebutnya  "Air Malu" sebab konon bila kita mandi telanjang airnya akan surut bahkan sampai kering. 

Pada saat  pembukaan lokasi Bandara  pertama kali, banyak binatang buas seperti Ular sawah, Babi Hutan, Rusa yg keluar dari kawasan hutan Tanjung Api sampai di kampung. Sampai ke  halaman rumah. 

Cerita mistik tentang hutan Tanjung Api kerap terdengar dari mulut masyarakat. Tentang makhluk jadi-jadian yang menyerupai Kera, bahkan sampai ada masyarakat yang menceritakan jikalau ia sempat di culik berminggu-minggu dan tinggal bersama Kera di tengah hutan.
Cerita mistik dan jatuhnya korban di lokasi pembangunan bandara membuat resah penduduk. Sehingga  dibuatlah upacara adat  pemotongan sapi dan kambing di lokasi pembangunan bandara sebagai bentuk acara membangun rasa toleransi antara penghuni hutan entah yang nyata maupun yang gaib. Sebab masyarakat percaya bahwa sebagian penghuni hutan adalah makhluk gaib yang menjaga hutan dan kampung. Dan bila upacara potong Sapi tidak segera dilakukan makan korban akan terus berjatuhan dan binatang buas akan semakin berkeliaran di kampung.
Hutan semakin sedikit terlihat dari atas pesawat, ketika saat landing dari Palu.  Hutan yg dulu kami jelajahi  tak  nampak hijau  dan luas lagi. Yang nampak hanya seperti garis yang ternyata adalah pepohonan Kelapa  yang sudah tidak lagi produktif.


Hutan dan Masa Kecil

Habitat hutan Tanjung Api tak lagi asing bagi kami. Setiap hari setelah pulang dari Sekolah kami selalu bermain ke dalam hutan, mencari jambu, mencari kelapa, mengejar ayam hutan, dan mengambil tongkat kayu. 


 

[1] http://telukpalu.com/2008/05/cagar-alam-tanjung-api/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bersekolah di Masa Pandemi

 Setalah hampir dua tahun sekolah diliburkan akibat covid, akhirnya pada  senin 30 Agustus 2021 sekolah kembali dibuka untuk wilayah Tojo Un...